Sayang,
Lihat pepohon rendang di bukit sana, rimbun bukan?
begitulah rimbunnya kasihku tersedia
tatkala disapa bayu, seakan melambai dirimu yang jauh di mata, kembalilah segera
tidak terucap rindu yang kuperap, seteguh akar mencengkam yang jelas akannya
ketika dedaun berguguran, saat itulah kerinduanku bersuara
bertempiaran mencari dirimu yang tidak kelihatan setelah berkaliku seru pulang.
Lihat dedaun yang berselerakan di bawah pohon senja, banyak bukan?
yang warnanya coklat dan kekeringan, itulah lambang resahku yang tidak pernah hilang
yang kelihatan masih kekuningan, itu kisah rinduku yang melata berbulan lama
yang jelas kehijauan, itulah tanda hatiku menantimu tanpa mengira detik dan ketika
sesekali hujan membasahi, memujuk aku bertenang menantimu dalam separuh pasrah
diiringi pelangi petang sesudah gerimis, cuba menyerikan hatiku yang rundum sepi.
Lihat sudut jendela sana, apa masih dikau terbayang detik kita bersama?
sungguh aku merindui detik itu, detik yang buat hatiku terpaut kasih
jelas dan ia tidak pernah hilang dari ingatanku, sering menjadi peneman tika aku merindu
ketahuilah kamu, selalu kau kesayanganku.